BEI Terapkan Aturan Baru Fraksi Harga Saham

Per tanggal 2 Mei 2016 BEI terapkan lima fraksi harga saham.

Mengenal Berbagai Tipe Investor

Anda termasuk tipe investor yang mana?

Tips Sebelum Pindah Bank KPR

Perhitungkan secara teliti apabila Anda akan memindahkan KPR ke bank lain.

Mesiasati Harga Jual-Beli Ketika Menjual Emas

Bagaimana menyiasati selisih/spread harga jual-beli emas ini agar kenaikan sesungguhnya yang akan kita peroleh tidak berkurang banyak?

Tips Menggunakan Kartu Kredit

Berikut ini informasi dan tips bagi Anda yang mempunyai atau ingin memiliki kartu kredit.

Selasa, 03 Februari 2015

Mari Berinvestasi Obligasi (bagian 1)


Belakangan istilah ORI akrab di mata dan telinga kita. Hal ini tak mengherankan karena saat ini Pemerintah Republik Indonesia dengan dibantu puluhan bank dan perusahaan sekuritas tengah gencarnya memasarkan Obligasi Negara Ritel atau dikenal sebagai ORI (Oeang Republik Indonesia). Untuk itu berbagai papan reklame yang biasanya didominasi produk perbankan, untuk sementara waktu harus rela diganti untuk mensukseskan penjualan ORI.



Sejak pemerintah menerbitkan ORI seri 001 di tahun 2006, penerbitan Obligasi Negara Indonesia selalu laris manis. Minat masyarakat untuk membeli ORI selalu menigkat dari tahun ke tahun, hingga belakangan pemerintah sampai merasa perlu untuk membatasi maksimum pembelian agar kepemilikan ORI tidak jatuh ke tangan segelintir orang saja. Contoh pembatasan yang ditetapkan pemerintah pada penerbitan ORI 008 adalah dengan membatasi pembelian maksimum oleh setiap investor tidak boleh melebihi Rp 3 miliar.

Mengapa ORI yang merupakan satu diantara jenis instrumen investasi obligasi bisa sedemikian menarik? Apakah yang dimaksud dengan obligasi? Bagaimana memaksimalkan investasi Anda di ORI maupun obligasi?

Perangkat penggalangan dana dan instrumen investasi

Penerbitan obligasi merupakan satu diantara pilihan bagi pemerintah maupun perusahaan swasta untuk melakukan penggalangan dana dari masyarakat luas melalui pasar modal. Sebagai contoh, Pemerintah RI menerbitkan Obligasi Negara Ritel untuk menghimpun dana dari masyarakat agar dapat membiayai sebagian dari defisit anggaran belanja pemerintah.

Contoh lain, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dapat memperoleh dana untuk membangun pembangkit listrik baru, pembangunan jalur distribusi listrik baru dari penerbitan obligasi yang dijual kepada investor.

Untuk berbagai tujuan tersebut pemerintah RI atau perusahaan swasta kemudian menerbitkan sertifikat obligasi sebagai “tanda bukti berutang” kepada investor yang membeli obligasi dengan sejumlah nilai uang tertentu, jangka waktu tertentu, dengan imbalan tingkat bunga (kupon) tertentu.

Karena bersifat utang, maka pada akhir periode pinjaman atau tanggal jatuh tempo, penerbit obligasi berkewajiban mengembalikan seluruh hutangnya kepada investor. Sementara bunga obligasi (kupon) yang merupakan imbalan bagi investor atas dana yang dipinjamkan, biasanya dibayarkan secara berkala dan dalam jumlah tetap sepanjang periode pinjaman berlangsung. Oleh karena itu instrumen obligasi sering disebut juga dengan instrumen investasi yang memberikan pendapatan tetap bagi investor pemegangnya (Fixed Income).


Keuntungan yang diharapkan investor dari investasi dalam bentuk obligasi adalah peluang untuk mendapatkan tingkat pengembalian (imbal hasil/pendapatan) yang lebih tinggi dari deposito dan adanya rasa aman dari kemungkinan kehilangan dana investasi akibat kebangkrutan. Khususnya obligasi yang diterbitkan pemerintah, kemungkinan kebangkrutan dapat dikatakan hampir tidak ada, sehingga sering digolongkan sebagai instrumen investasi yang tidak ada risiko kebangkrutan (Risk Free).

Manfaat lain dari obligasi bagi investor adalah adanya tambahan pilihan alat investasi selain saham. Prinsip manajemen risiko yang menekankan untuk “Tidak menaruh seluruh telur dalam satu keranjang” bukan lagi monopoli dari manajer investasi yang mengelola dana yang berjumlah besar. Dengan adanya obligasi sebagai alat investasi, investor ritel pun dapat mulai membagi dananya untuk diinvestasikan ke dalam beberapa “keranjang” yang berbeda. Dengan demikian bila “keranjang saham” sedang jatuh dan telur di dalam nya pecah, maka masih ada “keranjang obligasi” yang masih aman, dan demikian pula sebaliknya. Sebagai informasi sebelum adanya instrumen Obligasi Ritel Indonesia, sebagian besar obligasi hanya dibeli dan dijual oleh perusahaan maupun institusi keuangan besar.

Investor Ritel berinvestasi obligasi

Mengapa obligasi hingga saat ini relatif masih belum populer di kalangan investor ritel Indonesia dibanding saudaranya yang bernama saham?

Salah satu penyebab utamanya adalah karena transaksi obligasi umumnya tidak dilakukan di Bursa Efek. Kebanyakan obligasi ditransaksikan di luar bursa (over the counter) antara dua pihak yang bersepakat untuk melakukan transaksi jual dan beli. Berbeda dengan saham yang hampir selalu ditransaksikan di bursa, investor dengan mudah melakukan transaksi jual beli saham maupun untuk mendapatkan informasi harga mutakhir. Dengan tidak ditransaksikannya obligasi di bursa, transaksi obligasi dilakukan secara terpencar-pencar oleh para pelakunya. Konsekuensinya investor mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi mengenai masing-masing transaksi serta informasi harga jual dan beli dari setiap seri obligasi.

Selain karena transaksi obligasi dilakukan secara over the counter, penyebab lain dari kurang memasyarakatnya obligasi adalah nilai minimum transaksi obligasi yang sangat besar sehingga menyulitkan investor ritel untuk membeli obligasi. Sebagai gambaran, nilai transaksi yang umum terjadi di pasar sekunder obligasi adalah Rp 1 miliar untuk setiap transaksi, bandingkan dengan investasi di saham dimana investor mempunyai banyak pilihan apakah akan bertransaksi dengan nilai puluhan ribu rupiah hingga puluhan jutaan rupiah saja untuk satu lot saham. Sebagai contoh, untuk dapat membeli saham perusahaan mentereng sekelas PT Astra International Tbk. pada tanggal 18 Januari 2011 seorang investor ritel cukup merogoh kocek sebesar Rp 4700,- per lembar saham, atau Rp 2.350.000,- untuk mendapatkan 1 lot atau 500 lembar saham.

Tidak heran, instrumen obligasi selama ini hanya dapat dinikmati oleh kalangan investor institusional seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, bank, dan lembaga keuangan lainnya. Peluang investor ritel dengan daya beli yang terbatas menjadi sangat kecil untuk dapat menginvestasi dananya dalam bentuk obligasi. Keberadaan ORI merupakan solusi ampuh untuk menjembatani kesulitan yang dihadapi oleh investor ritel ini. Obligasi yang biasanya dijual dalam partai besar (baca: miliaran Rupiah), melalui ORI obligasi tersebut dipecah-pecah dan dapat dijual secara eceran (ritel) sehingga mudah terjangkau oleh investor ritel.

bersambung ke bagian 2

Jumat, 23 Januari 2015

Saham Terbaik dan Layak Beli di Tahun 2015

Anda yang masih pemula atau masih belajar dalam investasi saham, tentu perlu mengetahui saham-saham yang bagus. Adalah 28 saham perusahaan terbaik, terutama 5 sektor yang perlu diperhatikan, yaitu industri barang konsumsi, infrastruktur, keuangan, Perdagangan dan jasa, serta properti.



Ke 28 perusahaan tersebut diperoleh setelah melalui analisa sejumlah indikator seperti likuiditas, profitabilitas, volatilitas harga selama tahun 2014, nilai transaksi harian, return on equity (ROE), transparansi, debt to equity ratio (DER), dan lain-lain. Berikut emiten terbaik yang bisa Anda pertimbangkan untuk dikoleksi di tahun 2015.

Industri Manufaktur

    PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) +10,4%
    PT Astra International Tbk (ASII) +9,6%


Industri Barang Konsumsi

    PT Gudang Garam Tbk (GGRM) +24,9%
    PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) +27,2%
    PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) +20%

    PT Indofood CBP Tbk (ICBP) +15,5%

Industri Kimia Dasar

    PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) +19,3%
    PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) +10,4%


Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi

    PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) +53,8%
    PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) +31,5%
    PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) +30%
    PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk ( PGAS) +11,6%


Keuangan

    PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) +39,5%
    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) +36,9%
    PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) +31,6%
    PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) +20,1%

Pertambangan

    PT Vale Indonesia Tbk (INCO) +26,9%
    PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) +7,79%


Perdagangan dan Jasa

    PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) +53,6%
    PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) +30,6%

    PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) +10,6%

Pertanian

    PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) +14,3%
    PT Astra Agro Lestasi Tbk (AALI) +11,1%

Real Estate

    PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) +68,2%
    PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) +51,9%
    PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) +38,6%
    PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) +34,2%
    PT Modernland Realty Tbk (MDLN) +30,8%


Selain informasi di atas, juga diperlukan pengetahuan tentang aspek manajemen suatu perusahaan. Lo Kheng Hong, salah satu investor ternama, menyarankan untuk mempelajari kredibilitas manajemen, apakah terpercaya ataukah memiliki catatan buruk terkait pengelolaan investasi. Setelah itu cermati prospek bidang usaha/industri yang dijalani perusahaan tersebut, apakah prospektif atau tidak.

Selamat berinvestasi!

Rabu, 21 Januari 2015

Tips Sebelum Pindah Bank KPR

Kenaikan BI rate berdampak cukup luas di sektor perkreditan, terutama bunga KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Beberapa kalangan menganggap hal tersebut masih bisa diatasi. Tetapi tidak sedikit pula yang harus kelabakan menghadapinya. Kenaikan bunga KPR bisa diatasi dengan beberapa cara agar tidak mengganggu arus kas keuangan Anda. Salah satu cara adalah pengalihan KPR ke bank lain yang menawarkan bunga lebih rendah. Tetapi Anda harus memastikan langkah ini bersifat ekonomis.





Berikut beberapa perhitungan yang harus Anda perhatikan sebelum memutuskan untuk mengalihkan KPR.
  • Biaya penalti. Bank lama akan mengenakan biaya penalti pelunasan KPR lebih cepat. Biaya ini bervariasi dari 1% - 2% dari sisa pokok pinjaman.
  • Biaya pengurusan take over KPR. Bank yang barus akan memperlakukan Anda seperti Anda mengurus KPR baru walaupun Anda sebelumnya adalah debitur di bank lama. Biaya yang muncul pun sama, antara lain biaya survei kredit, administrasi, provisi, notaris, dan urusan legal lainnya.
  • Kenaikan appraisal harga rumah. Harga rumah kredit Anda bisa jadi meningkat cukup tinggi. Hal ini bisa mempengaruhi dan menambah beban cicilan Anda.

Hitung dengan teliti seluruh biaya dan perubahan cicilan yang akan dibebankan sebagai pembanding apakah take over itu layak Anda tempuh atau tidak.

Senin, 05 Januari 2015

Pilihan Investasi yang Cocok untuk Anda


Ada berbagai pilihan invetasi yang tersedia pada saat ini, tergantung dari keinginan, kesanggupan, dan kedisiplinan Anda dalam mengelola instrumen investasi. Pemilihan instrumen investasi yang tepat dapat membantu kita melipat gandakan nilai investasi secara berkesinambungan. Tetapi juga sebaliknya, pemilihan instrumen investasi secara acak dan terkesan asal asalan bisa membuat Anda mengalami kerugian bahkan dengan resiko terburuk kehilangan modal awal investasi.



Dalam kondisi perekonomian dunia yang tidak stabil seperti saat ini, Anda harus bisa menentukan jenis investasi yang tidak hanya memberikan keuntungan tetapi juga rasa aman akan nilai investasi yang Anda tanamkan. Memilih investasi yang tepat dan sesuai dengan apa yang Anda inginkan, sebaiknya Anda memperhatikan terlebih dulu beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan.

1. Tujuan investasi

Rencana investasi akan menjadi lebih baik jika sesuai dengan tujuan finansial yang telah Anda pikirkan. Adapun tujuan financial tersebut misalnya untuk biaya pendidikan anak-anak, perluasan bisnis, pemekaran perusahaan dan lain lain. Sehingga Anda bisa menghitung target yang ingin Anda capai.

2. Jangka waktu investasi
Jangka waktu investasi juga memiliki pengaruh dalam berinvestasi, apakah seorang investor akan memilih jenis investasi jangka pendek atau jangka panjang. Semakin lama jangka waktu yang ditetapkan oleh seorang investor biasanya semakin besar pula hasil yang diharapkan. Ataupun sebaliknya semakin pendek jangka waktu berinvestasi yang ditetapkan, maka nilai keuntungannya pun semakin kecil, tetapi dengan resiko yang lebih rendah tentunya.

Perhitungan resiko terhadap investasi tersebut ada baiknya lagi Anda pamahami bahwa setiap investasi mengandung resiko. Sehingga Anda harus bisa memastikan terlebih dahulu seberapa besar resiko yang sanggup Anda hadapi nanti pada saat berinvestasi.

Pilihan Investasi yang Sesuai

Seiring dengan berkembangnya zaman, Saat ini hadir beragam pilihan instrument investasi yang ditawarkan dengan tingkatan yang berbeda satu sama lain. Berikut ini tipe investasi sesuai dengan tingkat toleransi finansial masing-masing investor.

1. Konservatif

Konservatif merupakan tipe investasi dengan sedikit resiko. Investor yang bermain dalam level ini biasanya lebih memilih mendapatkan keuntungan dalam skala kecil namun aman daripada mencari keuntungan yang besar namun penuh dengan resiko.

Tujuan utama dari jenis investasi ini adalah mencari keuntungan secara berkesinambungan dengan menghindari resiko sekecil apapun.

Contoh investasi yang cocok untuk tipe investor yang bermain pada level ini adalah tabungan atau deposito berjangka. Perlu diingat mengambil investasi dengan contoh diatas cendrung memberikan keuntungan (bunga) kecil sehingga terkadang bisa kalah oleh besarnya inflasi, apalagi diterapkan pada jangka waktu yang panjang.

2. Moderat

Moderat merupakan tingkat penginvestasian dengan tingkat resiko menengah (balance), Investor yang bermain dalam kategori ini cendrung memiilih jenis investasi yang mempunyai kadar keseimbangan yang sama antara keuntungan dan kerugian yang akan didapat. Keuntungan yang dicari harus sama dengan resiko yang dihadapi.

Tujuan moderat investor adalah mencari kesimbangan nilai investasi dengan menekankan porsi yang seimbang antara resiko dengan keuntungan yang bisa dihasilkan.

Jenis investasi yang cocok adalah obligasi yang diterbitkan oleh swasta ataupun Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN). Kekurangan investasi dari jenis ini adalah, nilai portfolio investasi akan berkembang dengan lamban.

3. Agresif

Agresif merupakan tipe investor yang mempunyai level tertinggi dikelasnya. Mereka merupakan tipikal investor yang berani dan siap mengambil resiko sebesar apapun asalkan mereka bisa meraih keuntungan semaksimal mungkin.

Tujuan utama agresif investor adalah meraih keuntungan semaksimal mungkin dengan persiapan yang matang terhadap resiko yang mereka hadapi. “high risk, high return” mereka sudah berpikir dengan matang apabila nantinya mereka mendapat kerugian (loss), maka itu merupakan bagian dari permainan.

Khusus bagi Agresif investor ada banyak pilihan Tipe investasi yang mereka inginkan mulai dari investasi berjangka seperti valas, emas, oil, dan saham hingga penginvestasian yang bersifat real seperti properti yang bisa mempunyai nilai berlipat ganda.

Banyaknya jenis pilihan instrumen investasi, membuat Anda mau tidak mau harus memahami dan mencari instrumen seperti apa yang cocok dengan karakter dan kebutuhan Anda. Ketidakpahaman seorang investor akan jenis investasi yang sesuai dengan karakternya akan membuat mereka menjadi gagal dalam berinvestasi.

Point utama dalam memilih investasi yang tepat adalah pahamilah dulu jenis investasi yang ingin Anda dapatkan entah itu dari segi modal, pengelolaan, hingga hasilnya, sehingga Anda tidak terlalu kesulitan mengelola instrumen investasi tersebut. Tapi jika anda merupakan tipe orang yang ingin meraih keuntungan penuh dalam bisnis ini maka “High risk, high return” merupakan aturan mutlak dalam berinvestasi.